8 Macam tarian tradisional Jawa Barat

ADMIN
3
1.Tari Topeng

Secara historis, pertunjukkan tari topeng diawali di Cirebon tepatnya pada abad ke-19 yang dikenal dengan Topeng Bahakan. Menurut T. Tjetje Somantri (1951) daerah Jawa Barat antara lain Sumedang, Bandung, Garut dan Tasikmalaya pada tahun 1930 didatangi oleh rombongans topeng berupa wayang wong dengan dalangnya bernama Koncer dan Wentar. Berdasarkan data historis inilah teori awal munculnya tari topeng ke Jawa Barat (Priangan) ditetapkan sebagai awal perkembangan Tari Topeng Priangan.

Bentuk pertunjukkan tari topeng dibedakan atas dua bentuk pertunjukan yaitu topeng Cirebon dan Topeng Priangan. Adapun bentuk pertunjukkan Tari Topeng Cirebon memiliki bermacam-macam bentuk yaitu :

•Topeng Babarang / Baragan
•Topeng Hajatan / Dinaan
•Topeng Ngunjung
•Topeng Kuputarung
Sedangkans topeng Priangan hanya tersaji dalam satu bentuk saja yang lebih bersifat entertaintment (hiburan)
Susunan penyajian tari topeng pun memiliki perbedaan. Tari Topeng Cirebon memiliki lima bagian penyajian yaitu : Panji, dilakukan pada bagian pertama, karakteristiknya halus atau lungguh, memakai kedok yang berwarna putih
•Pamindo/Samba : menggambarkan seorang raja yang menginjak dewasa yang serba ingin tahu, gerakannya enerjik, lincah dan penuh dinamika
•Rumyang : menggambarkan seseorang yang beranjak dewasa dan serba ingin tahu terhadap lingkungan sekitarnya. Gerakannya lincah, lembut, tegas dan terputus-putus dengan kedok berwarna merah jambu (pink)
•Tumenggung/Patih : karakteristik Tumenggung adalah gagah. Tarian ini dilatarbelakangi oleh kisah Tumenggung Magang Diraja yang diutus untuk menaklukkan Jinggananom. Kedok yang harus digunakan oleh tokoh Tumenggung adalah Slasi, Drodos dan Sanggan. Sementara tokoh Jinggananom memakai kedok Tatag Prekicil, Peloran dan Mimis
•Kelana/Rowana: menggambarkan personalitas raja yang gagah dan angkara murka. Kedok yang digunakan berwarna merah tua atau kecoklatan. Dengan ciri khas berkumis dan berjambang tebal, serta memakai mahkota susun emas.
Didalam pertunjukkan topeng Cirebon yang utuh, terdapat beberapa macam kedok bodor yang juga ikut ditampilkan, antara lain kedok tembeb, pentul dan dayun.
Adapun susunan Tari Topeng Priangan mencakup tiga watak yaitu :
•Tari Topeng Tumenggung, menggambarkan watak seorang pejabat tinggi yang karismatik, berpengaruh dan disegani masyarakat sekitarnya.
•Tari Topeng Kencana Wungu, menggambarkan karaktek yang lincah dan dinamis, dengan kedok berwarna telor asin.
•Tari topeng kelana : menggambarkan karakter yang enerjik dan kasar
.
2.TARI WAYANG
 Tari wayang mulai dikenal masyarakat pada masa kesultanan Cirebon pada abad ke-16 oleh Syekh Syarif Hidayatullah, yang kemudian disebarkan oleh seniman keliling yang datang ke daerah Sumedang, Garut, Bogor, Bandung dan Tasikmalaya.
Berdasarkan segi penyajiannya tari wayang dikelompokkan menjadi 3 bagian antara lain :


1.Tari Tunggal yaitu tarian yang dibawakan oleh satu orang penari dengan membawakan satu tokoh pewayangan. Contoh : Tari Arjuna, Gatotkaca, dll
2.Tari berpasangan, yaitu tarian yang dibawakan oleh dua orang penari atau lebih yang keduanya saling melengkapi keutuhan tariannya, contoh : Tari Sugriwa, Subali dll.
3.Tari Massal yang berjumlah lebih dari satu penari dengan tarian atau ungkapan yang sama. Contoh : Tari Monggawa, Badaya.
Tari wayang memiliki tingkatan atau jenis karakter yang berbeda misalnya karakter tari pria dan wanita. Karakter tari wanita terdiri dari Putri Lungguh untuk tokoh Subadra dan Arimbi serta ladak untuk tokoh Srikandi.
Sedangkan karakter tari pria terdiri dari :
•Satria Lungguh untuk tokoh Arjuna, Abimanyu, dan Arjuna Sastrabahu.
•Satria Ladak Lungguh untuk tokoh Arayana, Nakula dan Sadewa
•Satria Ladak Dengah/Kasar untuk tokoh Jayanegara, Jakasono, Diputi Karna dan sebagainya
•Monggawa Dengah/Kasar seperti Baladewa dan Bima
•Monggawa Lungguh seperti Antareja dan Gatotkaca
•Denawa Raja seperti Rahwana dan Nakula Niwatakawaca.
Secara garis besar, jika dilihat dari segi koreografinya tari wayang memiliki tiga gerakan utama yaitu :
Pokok ialah patokan tarian, gerak tersebut antara lain adeg-adeg, jangkung ilo, mincid, keupat, gedut, kiprahan, tindak tilu, engkek gigir, mamandapan, dan calok sembahan
Peralihan ialah gerak sebagai sisipan yang digunakan sebagai peralihan dari gerak satu ke gerak yang lainnya. Misal cindek, raras, trisi dan gedig. Khusus ialah gerak secara spesifik yang terdapat pada tari tertentu.

3.TARI KURSUS

  Berdasarkan etimologinya, arti kata khusus berasal dari Bahasa Belanda Curcus yaitu belajar secara teratur. Tari Kursus merupakan perkembangan dari tari Tayub yang tumbuh dan berkembang pada masa keemasan kaum bangsawan tempo dulu.
Tari kursus berdiri pada 1927 yang dikenal dengan nama perkumpulan Wirahmasari pimpinan R. Sambas Wirakusumah dari Ranca Ekek Bandung. Tari Kursus merupakan salah satu tarian yang diajarkan secara sistematis dan mempunyai patokan atau aturan tertentu dalam cara membawakannya. Disamping itu tari kursus juga mempunyai nilai estetis yang cukup tinggi dan kaya akan pokabuler gerak.
Berdasarkan bentuk penyajiannya tari kursus dibagi kedalam 5 tahapan yakni :
1.Tari Lenyepan : karakternya lembut, halus, selaras dengan Satrias Lungguh.
2.Tari Gawil : karakternya lanyap atau ladak selaras dengan Satria Dangah
3.Tari Kawitan : karakternya lenyep atau lanyap dan Ponggawa.
4.Tari Gunungsari : karakternya ponggawa lungguh
5.Tari Kastawa : karakternya agung
Tatanan gerak tari kursus dapat dibagi kedalam lima kelompok yang terdiri dari :
1.Gerak Pokok : rangkaian dari gerak unsur, penghubung dan peralihan
2.Gerak Unsur : sikap-sikap yang terdiri dari kesatuan bentuk-bentuk yang terdapat pada kaki, lengan, kepala, leher, bahu, badan dan mata
3.Gerak Penghubung : menghubungkan bentuk sikap yang satu untuk mencapai bentuk atau sikap lainnya
4.Gerak Peralihan : menyangkut perpindahan adegan terutama pada gerak-gerak pokok yang satu kepada yang lain
5.Gerak Pelengkap : gerak sisipan yang memperindah gerak dan sikap.
Karawitan yang digunakan dalam penyajian tari kursus adalah gamelan pelengkap dengan laras Salendro atau Pelog. Waditranya terdiri dari saron satu dan dua, seperangkat kendang, demung, kenong, rebab, gambang, bonang, rincik, penerus, peking, kecrek, selentem, kempul dan gong besar. Pada umumnya jenis lagu yang dibawakan yaitu lagu ageung, opat wilet naek lagu kering dua dan tiga dengan tempo 4 gurudugan.

4.Tari Jaipongan
        Jaipongan adalah sebuah genre seni tari yang lahir dari kreativitas seorang seniman asal Bandung, Gugum Gumbira. Perhatiannya pada kesenian rakyat yang salah satunya adalah Ketuk Tilu menjadikannya mengetahui dan mengenal betul perbendaharan pola-pola gerak tari tradisi yang ada pada Kliningan/Bajidoran atau Ketuk Tilu. Gerak-gerak bukaan, pencugan, nibakeun dan beberapa ragam gerak mincid dari beberapa kesenian di atas cukup memiliki inspirasi untuk mengembangkan tari atau kesenian yang kini dikenal dengan nama Jaipongan.


Sebelum bentuk seni pertunjukan ini muncul, ada beberapa pengaruh yang melatarbelakangi bentuk tari pergaulan ini. Di Jawa Barat misalnya, tari pergaulan merupakan pengaruh dari Ball Room, yang biasanya dalam pertunjukan tari-tari pergaulan tak lepas dari keberadaan ronggeng dan pamogoran. Ronggeng dalam tari pergaulan tidak lagi berfungsi untuk kegiatan upacara, tetapi untuk hiburan atau cara gaul. Keberadaan ronggeng dalam seni pertunjukan memiliki daya tarik yang mengundang simpati kaum pamogoran. Misalnya pada tari Ketuk Tilu yang begitu dikenal oleh masyarakat Sunda, diperkirakan kesenian ini populer sekitar tahun 1916. Sebagai seni pertunjukan rakyat, kesenian ini hanya didukung oleh unsur-unsur sederhana, seperti waditra yang meliputi rebab, kendang, dua buah kulanter, tiga buah ketuk, dan gong. Demikian pula dengan gerak-gerak tarinya yang tidak memiliki pola gerak yang baku, kostum penari yang sederhana sebagai cerminan kerakyatan.

Seiring dengan memudarnya jenis kesenian di atas, mantan pamogoran (penonton yang berperan aktif dalam seni pertunjukan Ketuk Tilu/Doger/Tayub) beralih perhatiannya pada seni pertunjukan Kliningan, yang di daerah Pantai Utara Jawa Barat (Karawang, Bekasi, Purwakarta, Indramayu, dan Subang) dikenal dengan sebutan Kliningan Bajidoran yang pola tarinya maupun peristiwa pertunjukannya mempunyai kemiripan dengan kesenian sebelumnya (Ketuk Tilu/Doger/Tayub). Dalam pada itu, eksistensi tari-tarian dalam Topeng Banjet cukup digemari, khususnya di Karawang, di mana beberapa pola gerak Bajidoran diambil dari tarian dalam Topeng Banjet ini. Secara koreografis tarian itu masih menampakan pola-pola tradisi (Ketuk Tilu) yang mengandung unsur gerak-gerak bukaan, pencugan, nibakeun dan beberapa ragam gerak mincid yang pada gilirannya menjadi dasar penciptaan tari Jaipongan. Beberapa gerak-gerak dasar tari Jaipongan selain dari Ketuk Tilu, Ibing Bajidor serta Topeng Banjet adalah Tayuban dan Pencak Silat.
Kemunculan tarian karya Gugum Gumbira pada awalnya disebut Ketuk Tilu perkembangan, yang memang karena dasar tarian itu merupakan pengembangan dari Ketuk Tilu. Karya pertama Gugum Gumbira masih sangat kental dengan warna ibing Ketuk Tilu, baik dari segi koreografi maupun iringannya, yang kemudian tarian itu menjadi populer dengan sebutan Jaipongan.

5.Tari Topeng Kuncaran
Tari Topeng Kuncaran, merupakan sebuah tarian yang mengisahkan dendam kesumat seorang raja karena cintanya ditolak.

6.TARI TOPENG CISALAK
Topeng Cisalak (masuk kategori kanda wetan=berbahasa Sunda) merupakan salah satu jenis kesenian masyarakat sunda. Topeng Kinang Putra yang berada di Kampung Curug, Desa Cisalak Kecamatan Cimanggis Kabupaten DT II Bogor merupakan salah satu contoh topeng Cisalak yang legendaris. Perkumpulan topeng ini dipimpin oleh Dalih bin Djiun ini. Perkumpulan topeng lainnya yang ada di Kabupaten Bekasi, Jakarta, Tangerang dll merupakan turunan atau pecahan dari kelompok Topeng Kinang Putra.
Waditra yang digunakan sangat sederhana : rebab atau sulung, kendang, terbang, kromong, kecrak. Lagu yang dinyanyikan adalah lagu-lagu priangan. Selain menyajikan lagu topeng ini juga menampilkan berbagai lakon: lawakan dan drama rumah tangga.
Meskipun Topeng Cisalak dikatakan juga sebagai Topeng Betawi tapi tidak berarti kesenian ini berasal dari Betawi (DKI Jakarta). Kesenian ini merupakan sebagian dari khazanah kesenian masyarakat Sunda Jawa Barat. Hanya karena daerah pementasan dan bahasa yang digunakan adalah bahasa dan dialek Betawi maka disebut Topeng Betawi.

7.TARI TOPENG BABAKAN
Adalah pertunjukan jenis kesenian topeng yang ditanggap oleh seseorang hanya untuk macam Tarian Topeng tertentu (Perbabak). Terdapat di Cirebon dan sekitarnya merupakan jenis seni tari rakyat di Jawa Barat.
Satu Tarian Topeng berarti Satu Babak, Dua Tarian Topeng berarti Dua Babak. Biasanya yang paling di senangi adalah Tari Topeng Kalana yang gagah, kedoknya berwarna merah, dengan penampilan yang garang atau beringas.
Pada pertunjukkannya, mungkin juga dibubuhi dengan Tari Topeng Bodor. Umpamanya; kalau yang dimaksud Tari Topeng Kalana itu adalah menggambarkan Rahwana yang murka dan Gandrung, maka Panakawannya adalah Togog. Dia menghibur rajanya yang sedang kasmaran, mabuk kepayang, merindukan Dewi Sinta. Togog oleh Rahwana dirangkul, sebab pandangan Rahwana bahwa dihadapannya adalah Dewi Sinta. Di sinilah para penonton tertawa tergelak-gelak, melihat adegan yang lucu tersebut.

8.TOPENG DINAAN
Adalah jenis Ibing (tari) Topeng yang menyebar di Kabupaten Cirebon, Indramayu dan Majalengka, Jawa Barat. Pertunjukkannya sehari suntuk (sedina/sadinten). Dipertunjukkan setela pementasan Wayang Kulit pada upacara Babarit.
Selain sebagai pelengkap setelah upacara Babarit, Topeng Dinaan pun di pertunjukkan pada acara selamatan, khitanan, pernikahan bahkan pada pesta kenegaraaan atau hari-hari penting lainnya.
Dalam topeng dinaan disajikan tari topeng watak yang terdiri dari: Tari Topeng Panji, melambangkan manusia yang berkelakuan baik, bersih seperti bayi baru lahir. Tari Topeng Panji berwatak Lungguh (tenang); Tari Topeng Pamindo melambangkan orang beranjak remaja, berwatak Ganjen (lincah); Tari Topeng Rumiang baru beranjak akan dewasa, berwatak agak ganjen ; Tari Topeng Tumenggung, melambangkan orang yang sudah dewasa, berwatak mapan (mempunyai keyakinan); Tari Topeng Kalana melambangkan orang yang sudah mempunyai waktu, berwatak garang.
Untuk memperpanjang waktu pagelaran, pertunjukannya diselingi oleh Bodor (lawakan) dengan Ibing Topeng Bodor, yang kadang-kadang pula disertai oleh Nayaga uang muncul di pentas dan pada sat ini penari utama beristirahat.
Tari Topeng Bodornya yaitu Pentul (laki-laki) dan Nyo (wanita) yang muncul pada adegan terpisah. Pada Tari Tumenggung disertai oleh Tari Jinggaanom yang bersifat agak jenaka





SEKIAN DARI SAYA SEMOGA BERMANFAAT :)  

Posting Komentar

3Komentar

1).Yang Sudah Berkunjung Di Blog saya mohon Tinggalkan Komentar
2). Gunakan Bahasa yang Jelas,Singkat & Mudah di Mengerti
3). Tolong Saat Berkomentar Diberi NAMA
4). Komentar ANONYMOUS tidak akan saya tanggapi
5). Jika menaruh LINK HIDUP akan dimasukan ke folder spam !!
6). Dilarang mempromosikan produk melalui komentar.
TerimaKasih Atas Kunjungan Anda, Jangan Lupa Berkunjung lagi

  1. judul posting sama isinya ga sesuai. plis begete ya tari merak sama serimpi itu dari jogja keleus-_-

    BalasHapus
    Balasan
    1. Kesalahan akan saya hapus :)
      Terima Kasih Udah Memberi Masukan :)

      Hapus
Posting Komentar